Chunhyangjeon
Chunhyangjeon atau Kisah Chunhyang (춘향전;春香傳) adalah sebuah novel klasik mengenai romansa
percintaan sepasang kekasih di Korea pada masa Dinasti Joseon (1392-1910).
percintaan sepasang kekasih di Korea pada masa Dinasti Joseon (1392-1910).
Novel Chunhyangjeon bercerita mengenai sepasang kekasih, yakni Chunhyang dan Lee Mong-ryeong. Chunhyang adalah seorang gisaeng dari kalangan rakyat biasa yang menjalin hubungan cinta dengan Mong-ryeong, yang merupakan seorang putra gubernur kota Namwon, provinsi Jeolla Utara.
Hubungan
mereka tidak direstui oleh orang tua mereka sehingga akhirnya mereka
menikah secara diam-diam. Namun Mong-ryeong terpaksa harus pergi ke
ibukota, Hanyang
saat masa jabatan ayahnya akan segera berakhir. Mong-ryeong berjanji ia
akan segera kembali menemui Chunhyang setelah pulang mengikuti ujian sipil kenegaraan di Hanyang.
Sementara itu di Namwon, seorang gubernur baru
ditunjuk untuk menggantikan ayah Mong-ryeong. Gubernur tersebut dikenal
bernama Byon Hak-do. Chunhyang dipanggil untuk menghibur gubernur
tersebut, namun karena ia sudah menikah maka ia menolak permintaan itu,
akibatnya Chunhyang dipenjara dan disiksa. Rencananya Chunhyang akan
dieksekusi pada hari ulang tahun gubernur tersebut.
Akhirnya Lee Mong-ryeong menemukan Chunhyang di penjara
namun ia sendiri tampak lusuh. Chunhyang sangat khawatir akan keadaan
Mong-ryeong dan menyesal tidak bisa melakukan apa-apa. Tiba saatnya
pesta ulang tahun
diselenggarakan dan Chunhyang akan dieksekusi. Namun sebelum akan
dihukum, seorang agen rahasia menculiknya, yang tak lain adalah Lee
Mong-ryeong. Mong-ryeong menyelamatkan Chunhyang dan akhirnya keduanya
hidup bahagia.
Hyangdeok
Hyangdeok (향덕;向德) adalah seorang tokoh yang hidup pada masa kerajaan Silla Bersatu di Korea. Namanya dikenal dalam cerita rakyat Korea sebagai tokoh yang rela memotong kakinya sendiri demi memberi makan ibunya. Selain itu, babad Samguk Sagi juga menuliskan cerita mengenai dirinya. Berbagai sumber sejarah lain menuliskan bahwa Hyangdeok sebagai anak yang berbakti kepada orang tua (효자향덕).
Hyangdeok tercatat hidup pada tahun ke-14 masa pemerintahan Raja Gyeongdeok (755) di kota Gongju (propinsi Chungcheong Selatan), bersama ibunya yang miskin. Pada tahun 755, terjadi kegagalan panen di Silla dan banyak orang menderita kelaparan. Ibu Hyangdeok menderita penyakit berbahaya, sejenis tumor
yang telah menyebar ke seluruh bagian tubuhnya. Tumor tersebut kemudian
membengkak di bagian kaki ibunya dan menyebar ke tulang. Hyangdeok
berusaha menyembuhkan ibunya dengan cara menghisap nanah di tumor tersebut setiap malam, namun tidak ada tanda-tanda kesembuhan.
Hyangdeok menemui seorang tabib
dan menanyakan obat atau perawatan apa yang dapat menyembuhkan tumor.
Tabib itu menyesalkan bahwa tumor yang telah menyebar ke tulang tidak
dapat disembuhkan. Ia mungkin bisa membedahnya, namun tidak mungkin
dengan kondisinya yang sangat lemah. Tabib itu menyarankan agar ibunya
memakan makanan yang bergizi seperti daging sapi
untuk untuk dapat sembuh. Bagaimanapun juga Hyangdeok tidak mampu untuk
membeli daging sapi dan makanan tersebut sulit dijumpai pada masa
kelaparan seperti itu.
Sesampainya
di rumah, setelah berpikir dalam-dalam, Hyangdeok memotong daging di
bagian kakinya dan memasaknya untuk ibunya. Melihat masakan yang
disajikan Hyangdeok, ibunya merasa keheranan karena tidak mudah untuk
mendapatkan daging sapi pada saat-saat sulit seperti itu. Hyangdeok
berbohong bahwa ia mendapatkannya dari tetangga yang menyembelih sapi
dan menyembunyikan luka di kakinya. Setelah makan masakan itu, kondisi
ibunya perlahan-lahan menjadi semakin baik dan akhirnya mulai bisa
berdiri kembali. Namun, akibatnya kaki Hyangdeok menjadi pincang. Suatu
hari saat ia sedang mencari ikan di sungai
dengan kakinya yang luka. Seorang pejabat kerajaan yang melewati sungai
itu dan melihat kakinya yang berdarah. Kemudian, ia bertanya pada
Hyangdeok apa yang terjadi pada kakinya dan Hyangdeok menceritakan hal
tersebut padanya. Pejabat tersebut menjadi terharu dan melaporkan hal
tersebut ke istana.
Raja Gyeongdeok yang mendengar pengorbanan Hyangdeok kepada ibunya
merasa tersentuh dan memerintahkan agar Hyangdeok dihadiahkan 300 karung
beras, sebuah rumah dan tanah untuk dikerjakan. Di Gongju sampai kini terdapat tugu yang dibangun oleh pemerintahan lokal pada saat itu untuk menghargai pengorbanan Hyangdeok.
Kisah Arang
Kisah Arang (아랑전설) adalah sebuah legenda rakyat yang berasal dari Miryang, Gyeongsang Selatan, Korea Selatan, tentang seorang gadis yang dibunuh dan arwahnya bangkit untuk membalas dendam atas kematiannya.
Pada tahun 1600-an, pada masa pemerintahan Raja Myeongjong (Dinasti Joseon), di Miryang, Gyeongsang, terdapat seorang hakim bernama Yun. Hakim Yun memiliki seorang anak perempuan cantik bernama Arang. Seorang pelayan di rumah hakim Yun yang bernama Jugi,
tertarik pada Arang dan selalu menggodanya. Ia mencoba memperkosa
Arang, namun gagal sehingga ia pun membunuhnya dan menguburkan mayatnya
di tempat yang tak diketahui. Segera tersiar kabar ke seluruh kota bahwa
Arang telah hilang. Hakim Yun menjadi sangat sedih dan kembali ke Hanyang tanpa putrinya.
Setelah
hakim Yun turun dari jabatannya, beberapa hakim yang lain bergantian
mengisi jabatan di Miryang dikarenakan pada setiap malam setelah naik
jabatan, satu per satu meninggal secara misterius. Seorang pemuda yang
berani dan ingin tahu bernama Yi berusaha mencalonkan diri menjadi hakim
selanjutnya. Pada malam pertamanya setelah diangkat menjadi hakim,
pemuda tersebut didatangi oleh seorang wanita berambut panjang yang
berlumuran darah dan yang tidak lain adalah Arang. Setelah menceritakan
kisahnya pada pemuda itu, hantu Arang mengatakan bahwa besok ia akan menjadi seekor kupu-kupu
putih untuk menunjukkan siapakah orang yang telah membunuhnya. Keesokan
paginya, hakim baru itu memanggil semua pelayannya. Lalu seekor
kupu-kupu berwarna putih terbang dan mendarat di topi salah satu
pelayannya, yakni Jugi. Hakim itu lalu menginterogasi Jugi. Pada awalnya
Jugi membantah, namun akhirnya mengaku bahwa ialah yang telah membunuh
Arang dan menguburkan mayatnya di rumpun bambu dekat Paviliun Yeongnam.
Setelah digali, ternyata jenazah Arang masih utuh, kemungkinan karena
arwahnya masih penasaran. Setelah Jugi dihukum, hantu Arang tak pernah
muncul lagi. Sampai sekarang, di Miryang masih diadakan peringatan
setiap tanggal 16 bulan ke-4 kalender lunar untuk mengenang Arang dan
sebuah kuil dibangun untuknya.
http://restilestarinilovekorea.blogspot.com/2010/10/legenda-korea.html
tidak tahu kenapa aku tertarik sekali dengan kisah arang. awalnya aku juga pernah nonton horor tentang arang. tapi, kenapa aku begitu penasaran dengan arang. bahkan setelah membaca ceritanya berkali-kali. rasanya aku ingin cerita arang lebih lengkap dan lebih lengkap lagi.
Wow baru tau banyak juga ya sosok Hantu Korea
BalasHapus