Sabtu, 26 Oktober 2013

TOKOH FILSUF DI BIDANG KESEHATAN (AR-RAZI)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Filsafat merupakan bagian dari hasil kerja berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara sistematis, radikal dan universal. Ar-Razi merupakan tokoh filsuf yang sangat terkenal, karya-karyanya banyak dijadikan patokan oleh filsuf-filsuf dimasa sekarang. Dalam autobiografinya pernah ia katakan, bahwa ia telah menulis kurang dari 200 buah karya tulis dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Di samping karya-karyanya yang hampir setiap aspeknya menyangkut bidang kedokteran, ada pula karya-karyanya yang berkaitan dengan fisafat kimia, astronomi, tata bahasa, teologi, logika, dan ilmu pengetahuan lain.
Bukunya paling besar adalah “Al-Hawi”, buku tersebut merupakan sebuah ensiklopedia dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh  seorang Yahudi. Banyak sekali ilmu-ilmu yang dibanyak sekali ilmu-ilmu yang di populerkan dan di hasilkan oleh Ar-Razi.
1.2  Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dia atas, saya akan mencoba menjelaskan tentang:
1.      Bagaimana Riwayat hidup Ar-Razi ?
2.      Apa karya-karya dari Ar-Razi ?

1.3  Tujuan
Agar mengetahui riwayat hidupnya, karyanya semasa beliau hidup, filsafat dan pengobatan oleh Ar-Razi.
1.4 Manfaat
Menambah pengetahuan dan mengetahui tokoh filsafat yang sudah terkenal di dunia, tentang riwayat hidupnya, karya-karyanya yang sangat popular, ilmu kesehatan dan berbagai pemikiran yang berkembang di zamannya.



BAB II
AL-Razi
2.1 Sejarah Lahir
Nama lengkap al-razi adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria ibnu Yahya Al-Razi.Dalam wacana keilmuan barat, beliau dikenal dengan sebutan Razhes. Ia dilahirkan di Rayy, sebuah kota tua yang masa lalu bernama Rhoges, dekat Teheran, Republik Islam Iran pada tanggal 1 Sya’ban 251 H/865 M. Perlu diingat bahwasanya tempat yang ia tinggali yakni Iran ,yang sebelumnya terkenal dengan sebutan Persia, merupakan tempat dimana terjadinya pertemuan berbagai kebudayaan terutama kebudayaan Yunani dan Persia. Dengan suasana seperti lingkungan seperti ini mendorong bakat Al-Razi tampil sebagai seorang intelektual.
Ayahnya berharap Al-razi menjadi seorang pedagang besar, maka dari itu ayahnya membekali Al-razi ilmu-ilmu perdagangan.Akan tetapi, Al-Razi lebih memilih kepada bidang intelektual ketimbang dengan perdagangan karena menurutnya bidang intelektual merupakan perkara yang lebih besar ketimbang urusan dengan materi belaka.
Karena ketekunannya dalam bidang kedoteran dan filsafat, Al-Razi menjadi terkenal sebagai dokter yang dermawan, penyayang kepada pasien-pasiennya, oleh karena tiu dia sering memberi pengobata cuma-Cuma kepada orang miskin. Dan karena reputasinya dalam kedokteran, dia pernah mejabat sebagai kepala rumah sakit Rayy pada masa pemerintahan Gubernur Al-Mansur ibnu Ishaq. Kemudian dia berpindak ke Baghdad dan memimpin rumah sakit di sana pada masa pemerintahan Khlifah Al-Muktafi. Setelah Al-Muktafi meninggal, ia kembali ke kota kelahirannya, kemudian berpindah-pindah dari satu negeri ke negeri lainnya dan meninggal dunia pada tanggal 5 Sya’ban 313 H/ 27 Oktober 925 dalam usia 60 tahun.
2.2 Karya Al-Razi
Mengenai karyanya, tentu berkaitan dengan siapa dia belajar, dan siapa yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepadanya. Menurut Al-Nadim, beliau belajar filsafat kepada Al-Bakhli yang menguasai filsafat dan ilmu-ilmu kuno. Ia sangat rajin dalam menulis dan membaca, mungkin inilah yang menyebabkan penglihatannya secara berangsur-angsur melemah dan akhirnya buta total.
Tak heran jika karya-karyanya sangat banyak sekali bahkan dia menuliskan pada salah satu kitabnya, bahwasanya dia menulis tidak kurang sari 200 karya tulis dalam berbagai ilmu pengetahuan. Karya-karyanya yang meliputi:
1.      Ilmu Falak,
2.      Matematika,
3.      Bidang kimia, yang terkenal dengan Kitab As-rar
4.      Bidang kedoteran, yang terkenal dengan al-mansuri Liber al-Almansoris
  1. Bidang Medis, yang terkenal dengan kitab Al-Hawi(merupakan ensiklopedia kedokteran sampai abad ke-XVI diEropa, setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin tahun 1279 dengan judul Continens) ,Al-Mansuri Liber al-Mansoris (bidang kedokteran, 10 jilid.
6.      Mengenai penyakit cacar dan pencegahannya, yakni Kitab al-Judar wa al-Hasbah
Sedangkan dalam bidang filsafat:
1.       Al-Thibb al-Ruhani
2.      Al-Sirah al-Falsafiyyah
3.       Amarah al-Iqbal al-Dawlah
4.      Kitab al-Ladzdzah
5.      Kitab al-'Ilm al-Illahi;
6.      Makalah fi ma ba'dengan al-Thabi'iyyah, dan
7.      Al-Shukuk 'ala Proclus.
Sebagian dari karyanya telah dikumpulkan menjadi satu kitab yang bernama al-Rasa’il Falsafiyyat dan buku-buku yang lainnya seperti Thib al-Ruhani, al-Sirah al-Falsafah dan lain sebagainya.Dia terkenal sebagai ahli kimia dan ahli kedokteran dibanding dengan sebagai filosof.
2.3 Filsafatnya
a.      Metafisika
Lima Kekal ( Al-Qadiim )
Karena filsafatnya terkenal dengan 5 yang kekal, maka kami sebagai pemakal memasukannya dalam makalah kami. Sebenarnya pemikirannya sangat banyak, akantetapi yang akan kami bahas disini hanya pada pemikirannya mengenai 5 hal yang kekal.
5 hal yang kekal itu antara lain; Al-Baary Ta’ala (Allah Ta’ala), Al-Nafs Al-Kulliyyat (jiwa universal), Al-Hayuula al-Uula (materi pertama), al-Makaan al-Muthlaq (tampat/ruang absolut), dan al-Zamaan al-Muthlaq (masa absolut). Dan dia juga mengklasifikasinya pada yang hidup dan aktif.Yang hidup dan aktif itu Allah dan jiwa, yang tidak hidup dan pasif itu materi, yang tidak hidup, tidak aktif, dan tidak pula pasif itwu ruang dan waktu.
Al-Baary Ta’ala (Allah Ta’ala), menurutnya Allah itu kekal karena Dia-lah yang menciptakan alam ini dari bahan yang telah ada dan tidak mungkin dia menciptakan ala mini dari ketiadaan (creatio ex nihilo). Al-Nafs Al-Kulliyyat (jiwa universal), menurutnya jiwa merupakan sesuatu yang kekal selain Allah, akan tetapi kekekalannya tidak sama dengan kekekalan Allah. Al-Hayuula al-Uula (materi pertama), disebut juga materi mutlak yang tidak lain adalah atom-atom yang tidak bisa dibagi lagi, dan menurutnya mengenai materi pertama, bahwasanya ia juga kekal karena diciptakan oleh Pencipta yang kekal.
Sebelumnya dia berpendat bahwa materi bersifat kekal dank arena materi ini menempati ruang, maka Al-Makaan al-Muthlaq (tampat/ruang absolute) juga kekal. Ruang dalam pandangannya dibedakan menjadi dua kategori, yakni ruang pertikular yang terbatas dab terikat dengan sesuatu wujud yang menempatinya,  dan ruang universal yang tidak terikat dengan maujud dan tidak terbatas.
Seperti ruang, dia membedakan pula Al-Zamaan al-Muthlaq (masa absolut) padad dua kategori yakni; waktu yang absolut/mutlak yang bersifat qadiim dan substansi yang bergerak atau yang mengalir (jauhar yajri), pembagian yang kedua yaitu waktu mahsur.Waktu mahsur adalah waktu yang berlandaskan pada pergerakan planet-planet, perjalanan bintang-bintang, dan mentari.Waktu yang kedua ini tidak kekal.Menurutnya, bahwasanya waktu yang kekal sudah ada terlebih dahulu sebelum adanya waktu yang terbatas.
b.      Jiwa           
Pada poin ini, ada sesuatu yang mengejutkan pendirian Aristotelianisme dan ajaran Islam, yakni pernyataan keyakinan Al-Razi kepada Pythagorean-Platonik tentang metempsikosis (transformasi jiwa).
Menurutnya, jiwa, meskipun asalnya hidup, ia tidak sabar dan dalam keadaan bodoh. Oleh karena terpesona oleh materi, maka ia berusaha untuk dipersatukan dengannya dan untuk dianugerahi bentuk yang memungkinkannya dapat menikmati kesenangan-kesenangan jasmani. Tetapi, karena ada perlawanan materi terhadap kegiatan jiwa yang sedang dalam pembentukan, maka Tuhan “bermurah hati” untuk membantunya dan menciptakan dunia ini, dengan bentuk materialnya, agar jiwa dapat melam­piaskan nafsu syahwatnya untuk menikmati bagian kesenangan-kesenangan material untuk sementara waktu.
Demikian juga, Tuhan menciptakan manusia dan memberinya akal dari “esensi ketuhanan-Nya”, sehingga akal pada akhirnya dapat menggugah jiwa dari keterbuaian jasmaninya dalam tubuh manusia, dan mengingatkannya pada nasib hakikatnya yang sejati sebagai warga dunia yang lebih tinggi (akali) dan akan tugasnya untuk mencari dunia tersebut melalui pengka­jian filsafat. Ketika jiwa sampai ke taraf ketagihan terha­dap pengkajian filsafat, ia berhak memperoleh keselamatannya dan bergabung kembali dengan dunia akali dan dengan demikian ia terbebas –sebagaimana dikatakan oleh kaum Pythagorean kuno-dari “jantera kelahiran”. Ketika tujuan akhir ini tercapai dan jiwa manusia yang dibimbing oleh akal telah kembali ke tempat asalnya yang sejati, “dunia yang lebih rendah” ini akan berhenti, dan materi, yang telah demikian lekat terjalin dengan bentuk, akan kembali kepada keadaannya semula yang betul-betul murni dan sama sekali tiada berben­tuk.
Pada konsepsi jiwa tersebut, Al-Razi tidak saja menga­jukan sebuah teori yang berani dan orisinal tentang jiwa, akan tetapi juga memberikan penjelasan mengenai penciptaan dunia dalam waktu oleh Sang Pencipta. Konsepsi Pythagorean-Orphik tentang kembalinya jiwa secara melingkar dan pelepasannya yang terakhir dari “jantera kelahiran” dikemukakan dengan tegas dan fungsi terapi mistik filsafat cukup diton­jolkannya.
c.       Logika
Al-Razi adalah termasuk seorang rasionalis murni.Ia hanya mempercayai terhadap kekuatan akal. Di dalam kedokteran studi klinis yang dilakukannya telah menemukan metoda yang kuat, dengan berpijak kepada observasi dan eksperimen. Sebagaimana yang terdapat pada kitab al faraj ba’d al Syaiddah, karya Al-Tanukhi (wafat 384 H). Dalam Operasi Philosophia volume 1, hal.17 sampai 18 juga menunjukkan metoda tersebut.Bahkan pemujaan Al-Razi terhadap akal tampak sangat jelas pada halaman pertama dari bukunya al-Thibb.Ia mengatakan: Tuhan segala puji bagi-Nya, yang telah memberi kita akal agar dengannya kita dapat memperoleh sebanyak-banyaknya manfaat, inilah karunia terbaik Tuhan kepada kita. Dengan akal kita dapat melihat segala yang berguna bagi kita dan yang membuat hidup kita baik dengan akal, kita dapat mengetahui yang gelap, yang jauh dan yang tersembunyi dari kita, dengan alat itu pula kita dapat memperoleh pengetahuan tentang Tuhan, suatu pengetahuan tertinggi yang dapat kita peroleh, jika akal sedemikian mulia dan penting, maka kita tidak boleh meremehkannya, kita tidak boleh menentukannya, sebab ia adalah penentu atau tidak boleh mengendalikan, sebab ia adalah pengendali atau memerintah, sebab ia pemerintah tetapi kita harus kembali kepadanya dalam segala hal dan menentukan segala masalah dengannya, kita harus susuai perintahnya.
Demikian di antara pernyataan Al-Razi yang telah di nilai telah menyimpang dari agama. Tuduhan ini jelas akan membawa rusaknya reputasi Al-Razi.
d.      Akal, Kenabian dan Agama
Bagi Al-Razi, akal menjadi kompas utama dalam kehidupan setiap manusia. Akal diberikan oleh Tuhan kepada setiap insan dalam kekuatan yang sama. Perbedaan timbul karena pengaruh pendidikan, lingkungan dan suasana.Manusia bebas untuk menerima ilmu pengetahuan dari manapun sumbernya. Sebab, ilmu itulah yang akan mensucikan jiwanya, untuk dapat kembali kepada Tuhannya.
Bahkan di dalam Kitab Al-Thib al-Ruhânîy sangat tampak jika Al-Razi adalah filosof yang sangat menghargai akal, menurutnya akal adalah karunia besar dari Allah kepada manusia.Karena akal itulah Manusia lebih mulia dari binatang dan dengan akal manusia mengetahui segala sesuatu, memperbaiki kehidupannya, mencapai cita-citanya bahkan mengetahui Tuhan.Tanpa akal manusia tak obahnya seperti binatang atau orang gila.Oleh karena itu akal harus dihargai dan tidak dilecehkan.Ia harus dijadikan hakim, ikutan, pengendali nafsu dan tidak sebaliknya.
Karena pendapatnya yang meletakkan akal pada posisi yang tinggi inilah Al-Razi dianggap sebagai seorang yang menolak kenabian secara mutlak.Sehingga banyak tulisan yang mengatakan jika Al-Razi adalah seorang yang tidak mengakui adanya wahyu dan kenabian.
Selanjutnya, dalam hubungan kenabian dan agama, Al-Razi dianggap telah mengeluarkan pendapat jika para Nabi tidak berhak mengklaim diri mereka memiliki keistimewaan khusus, baik rasional maupun spiritual, karena semua manusia sama. Padahal keadilan dan ke-MahaHakim-an Tuhan memastikan untuk menolak memberikan keistimewaan kepada seseorang di atas orang lain. Sedangkan mukjizat dipandangnya sebagai bagian dari mitos keagamaan atau rayuan dan keahlian yang dimaksudkan untuk menipu dan menyesatkan. Ajaran agama saling kontradik­tif, karena satu sama lain saling menghancurkan, dan tidak sesuai dengan pernyataan bahwa ada realitas permanen. Hal itu dikarenakan setiap Nabi membatalkan risalah pendahulunya, akan tetapi menyerukan bahwa apa yang dibawanya adalah kebenaran, bahkan tidak ada kebenaran lain, dan manusia menjadi bingung tentang pimpinan dan yang dipimpin, panutan dan yang dianut. Semua agama merupakan sumber peperangan yang menimpa manusia sejak dulu, di samping merupakan musuh filsafat dan ilmu pengetahuan.
Dari Alur pikiran di atas dapat dipahami, bahwa, dalam pandangan Al-Razi, agama itu hanya warisan tradisional yang diikuti oleh masyarakat karena tradisi saja.Oleh karena pandangannya yang demikian, maka Al-Razi dapat disebut seorang ateis, karena mengkritik semua agama. Tetapi di sisi lain, ia seorang monoteis sejati yang mengaku adanya Tuhan Pencipta, sehingga baginya, nabinya adalah akalnya sendiri.

2.4  keahlian Al-Razi dalam bidang kedokteran
Sebenarnya keahlian Al-Razi dalam bidang kedokteran, berawal dari keahliannya dalam bidang kimia.Menurut sebuah riwayat yang dikutip oleh Nasr (1968), al-Razi meninggalkan dunia kimia karena penglihatannya mulai kabur akibat ekperimen-eksperimen kimia yang meletihkannya.Dengan bekal ilmu kimianya yang luas, lalu beliau menekuni dunia medis-kedokteran.Dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania.Al-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq.Beberapa tahun kemudian, al-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.
Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, al-Razi memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid.Selain itu, al-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya.
a.    Cacar dan campak (Al-Judari wal-Hasbah)
Beliaulah satu-satunya orang yang pertama kali menjelaskan penyakit cacar(small-pox) :
"Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan mengakibatkan keluarnya uap.Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang.Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada minuman anggur.Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa.Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi."
"Kemunculan cacar ditandai oleh demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk ketika tidur.Penyakit menjadi semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua bagian tubuh.Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan terjadi perubahan warna merah pada muka dan kantung mata.Salah satu gejala lainnya adalah perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan."
Ar-Razi juga dokter pertama yang membedakan penyakit cacar menjadi cacar air (variola) dan cacar merah (rougella).
b.      Alergi,demam dan farmasi
Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi.Pada salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas.Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri.
Pada bidang farmasi, Al-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar.Al-Razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.
c.       Metode pengobatan
1.      metode pemanasan syaraf dan pengobatan penyakit kepala pening.
adalah Al-Razi,dokter pertama kali yang melakukan kedua hal tersebut. Selain itu, ia juga diduga sebagai dokter pertama yang mendiagnosa penyakit tekanan darah tinggi.
2.      metodekai, yaitu pengobatan serupa akupuntur.
Ia memanfaatkan pengetahuannya tentang titik-titik penting pada tubuh manusia untuk pengobatan. Caranya, ia menusuk titik tersebut dengan sebatang besi yang pipih dan runcing, yang sebelumnya telah dipanaskan dengan minyak mawar atau minyak cendana.
3.      penggunaan kayu pengapit dan penyangga (spalk) untuk keperluan patah tulang.
4.      serta injeksi erethal(saluran kencing dan sperma).
Lebih jauh lagi, ia menguraikan tentang jenis sakit perut yang disebutnya batr (potong) dan fatg (koyak).
d.       Etika kedokteran
Al-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya adalah ketika dia mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan desa untuk menjual ramuan. Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter tidak mungkin mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi untuk meningkatkan mutu seorang dokter, al-Razi menyarankan para dokter untuk tetap belajar dan terus mencari informasi baru.
Dia juga membuat perbedaan antara penyakit yang bisa disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan.Al-Razi kemudian menyatakan bahwa seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat. Sebagai tambahan, al-Razi menyatakan bahwa dia merasa kasihan pada dokter yang bekerja di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter.
Al-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk berbuat baik, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar.

2.5     WAFAT
Al- Razi adalah orang yang murah hati, sayang pada pasien-pasiennya, dermawan kepada orang-orang miskin, karena itu ia memberikan pengobatan sepenuhnya tanpa meminta bayaran sedikitpun. Jika tidak bersama murid dan pasiennya, ia selalu menghabiskan waktunya untuk menulis dan belajar.(Syarif, ed.1996:33)
 Mungkin ini yang menyebabkan penlihatannya berangsur-angsur melemah dan akhirnya ia menjadi buta. Ada yang mengatakan sebab kebutaanya karena banyak makan buncis (Baqilah).(Syarif, ed.1996:33)
Penyakitnya bermula dari rabun  dan akhirnya menjadi buta sama sekali. Ia pun menolak untuk di obati. Dan mengatakan bahwa pengobatan itu akan sia-sia belaka, karena sebentar lagi ia akan meninggal dunia.
 Beberapa hari kemudian ia meninggal dunia pada tanggal 5 Sya’ban 313 H/ 27 Oktober 925 M.(Syarif, ed.1996:33)



Kesimpulan

Nama lengkap al-razi adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria ibnu Yahya Al-Razi.Dalam wacana keilmuan barat, beliau dikenal dengan sebutan Razhes. Ia dilahirkan di Rayy, sebuah kota tua yang masa lalu bernama Rhoges, dekat Teheran, Republik Islam Iran pada tanggal 1 Sya’ban 251 H/865 M. Seorang filsuf dan ahli di bidang kedokteran, kimia juga matematika.
Sebenarnya keahlian Ar-Razi dalam bidang kedokteran, berawal dari keahliannya dalam bidang kimia.Menurut sebuah riwayat yang dikutip oleh Nasr (1968), al-Razi meninggalkan dunia kimia karena penglihatannya mulai kabur akibat ekperimen-eksperimen kimia yang meletihkannya.
Beliaulah satu-satunya orang yang pertama kali menjelaskan penyakit cacar dan menganani penyembuhannya. Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi.Pada salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas.Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri.

















Daftar pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Zakariya_ar-Razi
http://menantikau.wordpress.com/kumpulan-makalah/metodologi-studi-islam/tokoh-tokoh-filsafat-islam-dan-pemikirannya/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar