Selasa, 10 April 2012

PANGERANKU yang datang jam 12 malam



Aku qhiza, aku sial dalam masalah percintaan. Cowok yang aku sukai ternyata mendekatiku untuk mendapatkan yang katanya adalah sahabatku (mantan sahabat). Mantan sahabatku dan aku memang akrab kami berteman sudah 8 tahun. Bahkan kami sengaja masuk SMP yang sama. Saat itu ada anak baru. Lalu, cowok itu mendekatiku hingga akhirnya aku suka sama dia. Setelah aku menyukainya dan bersikap baik dengannya. Mantan sahabatku itu malah memarahiku di depan teman-temanku dan mengatakan bahwa aku telah mencoba merebut cowoknya yang tak lain adalah si anak baru.
Hah, hatiku sakit. Disakiti seorang orang asing tetap saja hati terasa sakit tapi, disakiti teman rasanya 10 kali lipat sakitnya. Semenjak itu aku di singkirkan dari teman-temanku parahnya ada teman-teman barunya selalu membullyku.
Aku pindah sekolah yah, walau  sudah kelas 3 tapi siapa yang dapat bertahan bila belajar di tempat yang seperti neraka.
Saatku SMA aku suka dengan teman cowok, namanya dedi. Dia pehatian denganku. Kami dekat lumayan lama dan dia nyatakan cinta kepadaku. Ntah kenapa aku tak ingin terburu-buru menjawab perasaanya. Dan saat aku kerumah temanku, beni untuk meminjam buku . Aku bertemu dengan ibu beni dan ibu beni memintaku segera ke lantai dua saja karena dedi juga di sana. tak ku sangka saat aku di depan kamar dedi aku melihat dedi dan beni lagi bermesraan seperti orang dewasa pacaran. Pintu kamar tebuka lebar Mereka kaget saat aku melihat mereka. Aku kaget dan segera lari pulang ke rumah. Setelah kejadian itu akhirnya meraka mengaku bahwa mereka gay dan sudah 3 tahun mereka berpacaran dan parahnya pacar mereka yang cewek hanya untuk menutupi aib mereka. Sungguh aku ingin mati saat itu. Aku tak menyangka bahwa cowok yang aku cintai adalah gay.
Aku segera menelpon izan. Aku menangis di telepon. dia bilang “dia sekarang bahagia dengan cowoknya? Apa gunanya kamu mengangisi gay kaya dia? KAGAK ada. Bagun,zha. Sadar!”.Dan aku sadar. Benar kata Izan, aku tak perlu menangis bahkan mati. Karena tak layak aku menangisi seorang gay seperti dia yang hanya memanfaatkan cewek untuk menutupi keanehannya.

Ada tamu yang datang, dia junior kakakku ngedance.
“zan, cakep banget. Rasanya mau aku bungkus.”kataku ke Rizal lewat telepon.
“bungkus! Awetin simpen di kulkas”katanya.
“hahahaa.... aku dengar kamu pulang 4bulan lagi ya?”tanyaku.
“ya”
“tanggal?”
“belum pasti juga. Zha, nama tu cowok kamu udah tau?”
“belum”kataku.
“trus apa rencamamu?”
“aku diemin ja dulu, aku gak mau terlalu ketawan ngejar dia”
“hahaha... good girl”
“zan, udah dulu ya..? ngantuk ni”kataku.
“ia. Bye!”
“bye!”
Aku terbangun dari tidurku. Ada sms no name masuk di Hpku.
malem, aku riszal temen kakakmu.
Aku segera membalasnya.
Pagi, maaf aku telat bales. Kenapa?
Dari SMS itu pun kami semakin SMSan. Karena seringnya dia SMS aku , aku jadi hapal jadwal kuliahnya.
“dia yang SMS aku duluan, zan. Ye.. walau aku suka aku tak akan SMS cowok duluan,zan”kataku.
“hehehe.. aku tau kamu. Bagus deh. Jangan terlalu lihatkan rasa tertarikmu!”kata Izan di sebrang telepon sana.
“dia tipe aku banget, buat aku meleleh”kataku.
“hahaha... kamu punya temen cewek gak?”
“aku gak punya temen, selain kamu. Kenapa? Kalo da kamu mau deketin temanku ya?”
“gak gitu. Artinya tu cowok gak incar temanmu”
“hep! Jangan ungkit masa lalulah! Akukan jadi sedih”
“saat dia datang kamu pake pakaiyan yang seksi y...”
“gak ah, ngapain.”
“buat ngecek aja. Mana tau dia gay.HAHAHAHAHA....”
“ku BASMI juga kamu!!”
“hahahahaha.........”
“udah puas ketawain aku?”
“udah. Hahahahaha.... jangan terlalu cepat ambil keputusan!”
“hey, aku kenal ma si parasit 3 bulanan, sama gay tu 8bulan. Kurang lama apa lagi coba? Untung belum jadian.”
“sabar! Zha, maaf ni udahan dulu dosenku nyari”
“mentang2 asdos. Yo weslah”kataku.
Kedekatanku dengan riszal memang sedikit aneh. Aku senang dengannya tapi, kenapa terasa ada yang salah.


Tiba-tiba pesan dari riszal masuk.
From: riszal
To: qhiza
Dingin banget.

From: qhiza
To: riszal
Terus????

From: riszal
To: qhiza
Peluk!

From: qhiza
To: riszal
Maksud loe?? Sana duduk di atas kompor biar anget.

From: riszal
To: qhiza
Bukan anget, aku malah jadi angus.

Tak lama dia mengirim pesan padaku
From: riszal
To: qhiza
Boosan....

From: qhiza
To: riszal
Kenapa? gak punya teman ya?

From: riszal
To: qhiza
Ya...  temanin aku dong....
Kami pun berbincang-bincang hingga larut malam.

From: riszal
To: qhiza
Jalan yuk??

From: qhiza
To: riszal
Kemana??

From: riszal
To: qhiza
Kamu maunya kemana??

From: qhiza
To: riszal
Ehm... kemana ya? Aku pikir-pikir dulu ya?

From: riszal
To: qhiza
Ia.

From: qhiza
To: riszal
Aku mikir itu lama

From: riszal
To: qhiza
Gak apa.

From: qhiza
To: riszal
Benerran gak apa?

From: riszal
To: qhiza
Ia.

From: qhiza
To: riszal
Yakin? Aku mikirnya lama loh.

From: riszal
To: qhiza
Gak papa.

From: qhiza
To: riszal
Beneran?

From: riszal
To: qhiza
ia.

From: qhiza
To: riszal
Yakin ni?
From: riszal
To: qhiza
Ah, capek jawabnya...
Lama-lama aku peluk juga kamu.

From: qhiza
To: riszal
Ya udahaku gak mau :P

From: riszal
To: qhiza
Loh kok gak mau?

From: qhiza
To: riszal
Aku udah ada janji ma temanku, ni lagi ngumpul.

From: riszal
To: qhiza
Sampai jam berapa?

From: qhiza
To: riszal
Kurang tau juga.

From: riszal
To: qhiza
Aku jemput ya?

From: qhiza
To: riszal
Bolleh

Riszal datang dengan motor bebeknya. Aku menghampirinya.
“kita kemana?”tanyanya.
“pulang dong”jawabku.
“kok pulang? Jalan bentar ya?”
“katanya mau ngantarin pulang..”
“hehehehe... makan dulu yuk”
“ia aku nurut sama orang tua”jawabku sambil naik ke motornya. Dia tertawa pelan.
“kok diem?”tanyanya.
“kok ngajak jalan?”tanyaku.
“gak ada, bosan.”
“pasti bosankan karena si dia lagi cuek.hahahahaha....”
“dia gak cuek. Tapi, marah.”jawabnya dengan ekpresi berubah. Dia terlihat kaget dan terkejut. Aku yang hanya menduga bakalan seperti ini hanya melanjutakn aktingku yang pura-pura tak tersakiti.
“hahahaha... eh tapi, kalo dia tahu aku bisa di bantai ni. Serem....”
“dia gak bakal kaya gitu kok”
“jadi, kamu bener punya pacar ni”
“ee, tenang dia... dia gak akan tahu”jawabnya gugup.
“cowok sialan. Kamu kira aku halte, jadi pemberehentiaan sementara”gerutuku dalam hati.
“wah, kasiman... sertai dong, sertai”kataku pura-pura tak terluka.
“santai!”katanya.
“eh, maaf akukan anak kecil. Aku belum lurus bilang santai”jawabku dengan senyuman palsu.
“tadi?”tanyany tersenyum kembali.
“contoh”jawabku. Tangannya mengelus-ngelus kepalaku lebut. Sayang, elusannya dan senyumannya tak selembut hatinya.

Setelah sampai rumah aku melepaskan kepergiannya dengan senyuman. Tapi, setelah itu aku menangis. Aku segera menelpon izan.
“zan, dia punya cewek dan aku hanya jadi yang sementara, selingkuhan”kataku sambil menahan air mataku.
“tenang,zha! Tenang, cowok gak dia saja. Kamu kenal dia juga seminggu pasti rasa sakitny cepat hilang” jawabnya.
Izan pun mengajakku cerita sehingga aku melupakan kepedihanku. Riszal masih sering mengirimiku pesan dan aku tetap membalasnya tapi, tanpa perasaan tak seperti dulu.

Tanpa cinta aku putusin fokus kekuliahku.
“zan, sumpah aku gak maksud buat seperti itu. Pikir-pikir dululah.”kataku.
“aku cintanya emang di sini”jawabnya.
“pikirin juga orang tuamu”
“hahahaha.... pikirin orang tuaku atau kamu”
“aduh, percaya diri sekali”
“kita udah 9 tahun tidak bertemu ya?”
“ia. Kamu pindah, malah setan yang mengganti posisismu”
“sabar. SD itu masa lalu”
“udah dulu ya”kataku sambil mematikan telepon. Saat SD aku tek terlalu dekat dengan Izan karena dulu aku hanya dapat bicara pada “sahabatku”. Saat kelas 4 Izan pindah dan kami bertemu kembali saat pertemuan alumni ayahku dan ibunya kami saat kelas 7. Dan saat itulah kami mulai berbicara dan menjadi teman.
Hari ini hari yangku nanti. Karena hari ini Izan pulang dan berjanji akan membawakanku pakaian tradisional indian lengkap dengan topi dan sepatunya. Izan di amerika untuk sekolah disana, jujur ja aku tak ingat dengan universitasnya. Hehehe... yang aku tau dia sejak SD di sana dan sekarang mengambil hubungan internasional. Aku?? Aku mah ambil hikmahnya saja.
Aku menunggu di bandara bersama ayahku, menunggu lelaki yang sejak dulu tak bertemu denganku. Aku dan ayah memperhatikkan setiap orang yang keluar dari pintu. Dan ada lelaki tinggi berambut hitam gelap dengan pakaian berantakan, poni yang di ikat depan, dan mengenakan celana pendek menyentuh bahuku.
“ayo, pulang!”kata lelaki itu. Aku dan ayah kaget melihatnya.
“kamu siapa?”tanyaku.
“hay,zha. Apa kamu tak mengenali temanmu sendiri?”tanyanya.
“izan?”
“yah, ini aku. Mana paman?”katanya dengan tersenyum.
“aku disini. Ayo, ikut”kata Ayah dengan kaget.
Izan duduk di sebalahku. Aku memperhatikanya dan dari semua yang dia kenakan hanya sepatu saja yang terlihat rapi itu pun tak mengunakan kaos kaki.
“hey, kamu binggung dengan penampilanku?”katanya dengan senyuman.
“ia. Aneh saja seorang asesten dosen bergaya seperti ini, sungguh luar dugaan”jawabku polos.
“apa kamu tak melihat foto profil di akunku?”
“tidak”
“kenapa?”
“aku tidak sekurang kerjaan seperti itu”
“benarkah?”
“ngomong-ngomong apa kamu bawa yang aku pesan?”tanyaku.
“ia”
“bagus kalo begitu.”jawabku.
“kamu tak menayakan perjalanku?”
“tidak. Karena semua perjalanan pasti sama.”jawabku dan izan tersenyum.
Mobil ayah berhenti di depan rumah Izan. Ibu sibuk sehingga tak dapat menjemputnya.  Kami menunggu ibu Izan lumayan lama, maklum ibu izan adalah pengusaha. Saat ibunya masuk, ibu izan langsung menghampiriku dan memelukku.
“lah, mbak zha datang juga. Mbak, kok kemarin tidak datang? padahalkan tante udah minta mamamu mengizinkan kamu menginap dirumah tante.”kata tante sambil mengusap-usap punggungku.
“maaf,tante. Habis zha ada ujian paginya”kataku.
“ma, udah pelukannya. Anak mama yang baru pulang itu izan, ma. Kalo tidak jadikan saja zha anak mama”.kata izan sambil melepaskan pelukan ibunya.
“ide bagus. Zha punya pacar?”tanya tante.
“em.. tidak punya tante”jawabku.
“ya sudah besok nikah sama izan saja biar kamu jadi anak tante”kata ibu izan sambil tertawa.
“mama!”kata izan.
“kamu keanpa? Keberetan? Qhiza saja tidak keberatankan? ”tanya tante. Aku binggung jawab apa.
“tanya dulu sama ayahnya”kata ayah.
“kamu mau kan anakmu untukku?”kata ibu izan.
“boleh saja asal anakmu dapat kerjaan layak”kata ayah.
“ah, ya sudah. Nikahin saja kami besok. Ayah, restui aku ya?”kata izan kepada ayahku. Semua jadi tertawa.
Aku kembali kerumah sambil membawa baju ala indian.
“itu yang dikasih izan?”tanya mamaku.
“ia,mah”
“buat apa sama kamu?”
“em, iseng”kataku.
Paginya izan sudah didepan rumahku.
“kenapa?”tanyaku.
“aku ingin mengantar dan menjemputmu ke kampus setelah itu kita jalan-jalan. Bagaimana?”katanya.
“bisa!”kataku tersenyum.
Saat aku keluar dari mobilnya dia ikut keluar.
“waktumu masih banyak?”tanya izan.
“lumayam, karena naik mobilmu aku jadi cepat 30menit.”jawabku.
“temanin aku berkeliling ya?”katanya.
“bisa!”kataku. dia merjalan di sampingku mengiringi. Banyak mata cewek melihat ke arah kami. Mungkin mereka bergunjing atau terpesona dengan cowo disampingku. Tapi, aku tak peduli. Setelah 30 menit berlalu kami kembali ke tempat mobilnya parkir.
“em..aku kuliah dulu, kamu pulang saja”kataku sambil melihatnya.
“pantasan saja banyak cewek yang melihat ke arah kami. Penampilan Izan hari ini celana jens selutut kaos putih dengan blezer pinknya terlihat sangat keren.”pikirku.
“ada apa za?”katanya sambil memegang keningku.
“tidak apa-apa”kataku.
“kenapa dari tadi tidak menjawabku”katanya.
“aku baru ingat sama tugasku jadi tadi aku kepikiran.”jawabku bohong .
“oh, ya udah. Aku pulang dulu nanti aku jemput”katanya. Aku mengaguk dan berjalan pergi.

“siapa tadi? Pacarmu?”kata karin.
“akhirnya kamu punya pacar juga”kata vina.
“sayangnya dia hanya temanku”jawabku lesu.
“cekep. Tapi, kamu cocok dengan dia loh”kata vina.
“kami sudah lama temanan”kataku.
“kok kami tidak tau?”kata karin.
“dia izan”kataku.
“waw, keren banget”kata mereka kompak.
“ingat peliharaan kalian di rumah”kataku.
“kan belum nikah jadi masih ada peluang”kata karin.
“ya benar”kata vina.
“aku bilangin loh....”kataku.
“kayanya kamu takut ni izannya kami bungkus”kata karin.
“hehehe..”kataku.
“ketebak!”kata karen.
Seperti yang di janjikan dengan izan, izan datang menjemputku. Sebelum pulang dia mengajak aku makan di rumah makan thailand.
“bayarin ya?”tanyaku.
“ia”jawabnya.
“janji ya?”
“ia”
“hehehe.... aku sayang Izan. Kamu teman terbaikku”kataku.
“kalo di kasih gratisan bilang sayang, kalau di cuekin bilang mau bunuh aku”kata izan.
“damai!”kataku sambil tersenyum.
Sesampai aku dirumah aku tidur di kasurku. Aku berfikir dan menyadari ternyata kehadiran izan sangat membuat hidupku berbeda. Hidupku biasanya sepi dan terasa sangat menyebalkan saat izan tidak membalas pesanku. Lelaki yang bersamaku selalu bermasalah. Dan aku berfikir bila aku bersama izan tidak ada ruginya bila dia jadi pacar ku. Tidak-tidak dia menganggapku hanya sebagai teman biasa.
Siang itu kami bertemu setelah aku menyelasaikan matakuliahku Izan segera menjemputku.
“zan, aku selalu menceritakan segalanya tentang hidupku kamu juga begitu. Tapi, kamu tak pernah menceritakan tentang kisah cintamu”tanyaku.
“hem, kisah cintaku lebih buruk darimu.”kata izan.
“ceritalah”kataku dengan nada dan wajah yang menja.
“aku tak mau membuatmu menangis karena kisahku”kata izan sambil memperbaiki posisi poniku. Aku terdiam membeku.
“ya sudah kalau begitu”kataku. Dia tersenyum.
“apa dia menyukaiku? Ah, tidak dia hanya mengaggapku teman. Ayo, sadar zha! Kamu sahabatnya jangan sampai kamu merusak karena perasaanmu.”pikirku.
“hey, zha! Sama siapa?”kata vino yang tiba-tiba datang menghampiriku.
“eh vino, teman. Kok kamu disini?”tanyaku.
“lah, bukanya aku selalu ada di hatimu”kata vino.
“vin, aku meleleh. Apa kabar ni?”kataku.
“baik. Aku lagi sibuk ni.”kata vino.
“sibuk ngapain?”tanyaku.
“aku lagi ada proyek”kata vino.
“kalo ada kerjaan bilang dong, aku juga mau ada sempingan. Proyek apaan?”kataku.
“proyek mengukir kamu dihatiku”kata vino sembil senyum nakal.
“vino, aku meleleh tampung ni..”kataku.
“aku duluan ya, beb. Udah di tunggu ini sama teman-temanku dilantai dua”katanya. Aku mengganguk pelan.
“heh,aku di sini!”kata izan. Aku terkekeh pelan.
“asik banget ya? Dia siapa?”tanya izan.
“hehehe... teman lama”
“teman apa?”
“SMA.”
“Dulu dekat banget ya?”
“gak”
“kok sekarang dekat banget?”
“dia pernah hubungin aku lagi dulu, buat bantu dia bikin tugas kuliahnya. Makanya jadi lebih dekat”
“oh, tapi aneh saja kamu gak cerita”
“ih, cerewet banget. Kamu suka dengan aku ya?”
“tentu saja. Kalo gak suka gak mungkin selama 8tahun ini aku selalu ada di sampingmu, menjadi temanmu”
“hehehe... ia”kataku.
“dia mengagapku hanya sebagai teman”gerutuku dalam hati.
“besok kamu ulatahkan?”tanya Izan.
“masa? Benarkah??”tanyaku.
“ia. Kamu mau kado apa?”tanya izan.
“kamu kenapa memberikan aku kado?”
“karena aku temanmu. Kamu ingin memberikan kamu kado yang sangat berharga?”
“kamu cinta denganku?”
“tidak mungkin aku mencintaimu”kata izan.  Aku tidak tahan lagi, aku berlari dan menagis. Izan tentu saja segera mengejarku tapi, aku bersembunyi dan pulang.


Handphoneku berdering. Aku melihat jam ternyata jam 11.35 dan aku mendiamkan saja handphone ku setelah mengetahui izan meneleponku. Lampu kamarku tiba-tiba dihidupkan ibu.
“turun kebawah ada yang mau diomongkan.”kata ibu dengan wajah serius. Aku takut ibu marah denganku jadi aku segera turun kebawah. Saat aku turun tidak ada orang jadi aku mencariku ruang tamu. Aku melihat ibu, ayah, kakak-kakakku dan izan.
“zha, Aku tak mungkin mencintaimu karena aku benar-benar cinta gila denganmu. Aku suka kamu, temanku. Maaf, aku salah! Ini bukan suka tapi cinta yang tidak biasa. Aku tidak dapat mengusir kesepian tanpamu. aku selalu siap mendengarkan rencana kamu, marahmu, kesalmu ,dan bahagiamu, zha.”kata izan menghampiriku. Aku terhanyut dengan kata-kata indahnya.
“bercandakan?”tanyaku. aku melihat sekelilingku, ibu Izan ada disampingku sedang merekam kami.

“saat bertemu denganmu disekitarmu seperti kembang api, begitu cantik. kamu cewek yang Pendek, cantik dan rapuh. Tapi kamu,  Meninggalkan sebuah lubang hitam tak berujung di hatiku.
What should I say? Tell me, what else can I do for you! Aku merasa terbebani saat jauh darimu.” Kata Izan.
“kamu bohongkan, zan?”tanyaku. air mataku menetes, aku tak dapat berbohong bahwa aku bahagia.

“Katakan padaku, apa lagi yang bisa saya lakukan untuk kamu,zha? Agar kamu percaya bahwa aku sungguh-sungguh”kata izan. Aku menggeleng dan menangis haru.
“ aku ingin lebih dari teman. Maukah kamu jadi pacarku?”kata Izan.
“aku mau”kataku. Izan memelukku.
“tapi, setelah kamu lulus kita nikah ya? Makanya cepat kamu lulusnya”kata izan.
“hey, jangan asal bicara! Aku tak mau secepat itu. Lagian orang tuaku pasti tak setuju”kataku.
“kamu salah, zha. Ayah dan ibu sangat setuju malah ingin membuat pernikahan kalian secepatnya, Izan udah merencanakannya dengan ayah dan ibu sejak setahun lalu..”kata ayah dengan senyuman.
“zan, ibumu menyorot kita!”kataku sambil menyembunyikan wajahku di bahunya.
“ma, menantumu malu. Jadi jangan shooting lagi”kata izan tertawa pelan dan aku memukulnya pelan. Ayah, ibu, kakak dan ibu izan tertawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar